Wednesday 25 January 2017

Potensi Peternakan yang Unggul


Kita flashback di tahun 2010, pada tahun tersebut Kementrian Pertanian melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mencoba mencanangkan Progam Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014, yang merupakan tindak lanjut atas progam yang sama di tahun 1995, 2005 dan 2010. Ini berarti sudah 4 kali pemerintah gagal dalam melaksanakan progam tersebut. Pokok permasalahannya adalah stok daging sapi yang dihasilkan tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri karena jumlah sapi hidup masih jauh dari harapan, bagaimana mau ekspor kalau kebutuhan dalam negeri saja tidak tercukupi ?.
Begini bentuk babi hutan kalo sedang makan

Sungai Sekayam dengan babi hutannya

Penulis sebagai akademisi sekaligus peternak ingin menyampaikan sebuah gagasan tentang potensi pulau Kalimantan sebagai sentra industri peternakan. Sebagai hewan ternak sapi, kambing, domba, kerbau, kuda tentunya membutuhkan hijauan sebagai makanan pokok dan lahan penggembalaan yang luas agar pemeliharaan ternak dapat maksimal. Keberadaan penulis di Kalimantan selama dua bulan ini tidak hanya melaksanakan KKN semata, akan tetapi dalam hati kecilnya penulis peduli terhadap perkembangan dan situasi peternakan di Indonesia dimana selama ini pemerintah hanya cenderung berpusat di pulau Jawa. Suatu hal yang wajar bagi penulis mengingat kebutuhan pulau Jawa akan ternak sangat tinggi. Selama di Borneo saya selalu mengamati setiap tempat yang saya lewati, kebun kelapa sawit, luasnya lahan kosong, hijauan melimpah dan semua yang ada rasanya sayang tanpa dimanfaatkan secara maksimal. Mungkin semua potensi tersebut dapat maksimal apabila dilaksanakan progam pemeliharaan ternak sistem integrated farming. Saat ini pemilik kebun kelapa sawit menganggap rumput yang tumbuh dibawah pohon kelapa sawit menjadi hama dan harus di cegah pertumbuhannya dengan cara menyemprot cairan desinfektan. Padahal rumput tersebut memiliki nilai gizi yang tinggi serta bermanfaat bagi ternak, selain itu lahan yang luas bagus untuk exercise sehingga menambah kualitas karkas dan daya tahan tubuh, sedangkan hasil dari ekskresi dapat bermanfaat sebagai pupuk organik bagi tanaman sawit. Dengan melepas ternak disela pohon kelapa sawit akan menjadi salah satu model peternakan modern yang hemat dan efisien.

Tingginya tingkat kepadatan penduduk serta pembangunan infrasrtukur di pulau Jawa yang pesat membuat keberadaan lahan kosong kian menyempit dan tentunya hijauan untuk ternak juga semakin langka. Inilah yang mendorong tingginya biaya produksi serta meningkatnya harga ternak hidup maupun karkas, serta merupakan penyebab masyarakat enggan memelihara ternak dalam jumlah yang banyak. Pemanfaatan luasnya lahan di pulau Kalimantan dan pulau lainnya mungkin bisa menjadi salah satu solusi untuk menekan tingginya biaya produksi yang selama ini menjadi masalah bagi peternak, sehingga kepadatan ternak di Indonesia dapat lebih merata dan progam swasembada daging sapi yang selama ini dicanangkan dapat terwujud.

No comments:

Post a Comment