Kita flashback
di tahun 2010, pada tahun tersebut Kementrian Pertanian melalui Dirjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan mencoba mencanangkan Progam Pencapaian Swasembada
Daging Sapi (PSDS) 2014, yang merupakan tindak lanjut atas progam yang sama di
tahun 1995, 2005 dan 2010. Ini berarti sudah 4 kali pemerintah gagal dalam
melaksanakan progam tersebut. Pokok permasalahannya adalah stok daging sapi
yang dihasilkan tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri karena jumlah sapi
hidup masih jauh dari harapan, bagaimana mau ekspor kalau kebutuhan dalam
negeri saja tidak tercukupi ?.
Begini bentuk babi hutan kalo sedang makan
Sungai Sekayam dengan babi hutannya
Penulis sebagai akademisi sekaligus
peternak ingin menyampaikan sebuah gagasan tentang potensi pulau Kalimantan
sebagai sentra industri peternakan. Sebagai hewan ternak sapi, kambing, domba,
kerbau, kuda tentunya membutuhkan hijauan sebagai makanan pokok dan lahan
penggembalaan yang luas agar pemeliharaan ternak dapat maksimal. Keberadaan
penulis di Kalimantan selama dua bulan ini tidak hanya melaksanakan KKN semata,
akan tetapi dalam hati kecilnya penulis peduli terhadap perkembangan dan situasi
peternakan di Indonesia dimana selama ini pemerintah hanya cenderung berpusat
di pulau Jawa. Suatu hal yang wajar bagi penulis mengingat kebutuhan pulau Jawa
akan ternak sangat tinggi. Selama di Borneo saya selalu mengamati setiap tempat
yang saya lewati, kebun kelapa sawit, luasnya lahan kosong, hijauan melimpah
dan semua yang ada rasanya sayang tanpa dimanfaatkan secara maksimal. Mungkin
semua potensi tersebut dapat maksimal apabila dilaksanakan progam pemeliharaan
ternak sistem integrated farming. Saat ini pemilik kebun kelapa sawit
menganggap rumput yang tumbuh dibawah pohon kelapa sawit menjadi hama dan harus
di cegah pertumbuhannya dengan cara menyemprot cairan desinfektan. Padahal rumput
tersebut memiliki nilai gizi yang tinggi serta bermanfaat bagi ternak, selain
itu lahan yang luas bagus untuk exercise sehingga menambah kualitas karkas dan
daya tahan tubuh, sedangkan hasil dari ekskresi dapat bermanfaat sebagai pupuk
organik bagi tanaman sawit. Dengan melepas ternak disela pohon kelapa sawit akan
menjadi salah satu model peternakan modern yang hemat dan efisien.
Tingginya tingkat kepadatan penduduk serta
pembangunan infrasrtukur di pulau Jawa yang pesat membuat keberadaan lahan
kosong kian menyempit dan tentunya hijauan untuk ternak juga semakin langka. Inilah
yang mendorong tingginya biaya produksi serta meningkatnya harga ternak hidup
maupun karkas, serta merupakan penyebab masyarakat enggan memelihara ternak
dalam jumlah yang banyak. Pemanfaatan luasnya lahan di pulau Kalimantan dan
pulau lainnya mungkin bisa menjadi salah satu solusi untuk menekan tingginya
biaya produksi yang selama ini menjadi masalah bagi peternak, sehingga
kepadatan ternak di Indonesia dapat lebih merata dan progam swasembada daging
sapi yang selama ini dicanangkan dapat terwujud.
No comments:
Post a Comment