Friday 27 January 2017

Hut RI ke-70 bersama suku dayak sungkung Kalimantan Barat

            Selama menjalani KKN mahasiswa diharuskan membuat progam kerja yang keberlangsungan kegiatannya melibatkan masyarakat di lokasi tersebut. Salah satu progam yang kami lakukan adalah mengajak seluruh lapisan masyarakat baik anak-anak, remaja maupun orang tua untuk berpartisipasi dalam merayakan HUT kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan rasa nasionalisme terhadap negeri tercinta ini. Menurut pak Budi kepala dusun Serangkang sekaligus tokoh masyarakat, acara perayaan HUT kemerdekaan RI di dusun tersebut sebelumnya pernah dilakukan oleh mahasiswa KKN UPN Veteran Yogyakarta dan ini adalah yang kedua kalinya oleh mahasiswa KKN-PPM UGM KTB04.
       Perayaan HUT RI ke-70 diawali dengan upacara bendera untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-70 yang diikuti oleh murid dan guru SD N 09 Serangkang, murid dan guru SMP Negeri Satu Atap Entikong, Satgas Pamtas RI-MLY dan warga, alhamdulillah kepala desa Entikong pak Raden Nurdin beserta jajarannya dapat hadir dan menjadi pembina upacara, sedangkan yang menjadi komandan upacara adalah prajurit TNI-AD dari Satgas Pamtas Darat RI-MLY Kalbar. Kegiatan lainnya adalah lomba karaoke, lomba memasak untuk ibu-ibu, lomba fashion show untuk anak-anak perempuan, lomba bola voli antar RT, lomba sepakbola antar dusun, lomba memasukkan paku ke dalam botol, lomba gigit koin, lomba panjat pinang dll. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini disambut dengan antusias oleh warga. Diucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan partisipasinya kepada seluruh instansi Desa Entikong, Satgas Pamtas Batas RI-MLY, SMP Negeri Satu Atap Entikong, SD N 09 Serangkang dan Warga.
Lomba bola voli berlangsung

Ketua Sub unit KKN bersama Satgas pamtas batas RI-MLY 

Menyisik batang pinang

Upacara berlangsung

Lomba ambil koin

Proses menaikkan batang pinang

Mahasiswa KKN bersama warga

Wednesday 25 January 2017

Potensi Peternakan yang Unggul


Kita flashback di tahun 2010, pada tahun tersebut Kementrian Pertanian melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mencoba mencanangkan Progam Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014, yang merupakan tindak lanjut atas progam yang sama di tahun 1995, 2005 dan 2010. Ini berarti sudah 4 kali pemerintah gagal dalam melaksanakan progam tersebut. Pokok permasalahannya adalah stok daging sapi yang dihasilkan tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri karena jumlah sapi hidup masih jauh dari harapan, bagaimana mau ekspor kalau kebutuhan dalam negeri saja tidak tercukupi ?.
Begini bentuk babi hutan kalo sedang makan

Sungai Sekayam dengan babi hutannya

Penulis sebagai akademisi sekaligus peternak ingin menyampaikan sebuah gagasan tentang potensi pulau Kalimantan sebagai sentra industri peternakan. Sebagai hewan ternak sapi, kambing, domba, kerbau, kuda tentunya membutuhkan hijauan sebagai makanan pokok dan lahan penggembalaan yang luas agar pemeliharaan ternak dapat maksimal. Keberadaan penulis di Kalimantan selama dua bulan ini tidak hanya melaksanakan KKN semata, akan tetapi dalam hati kecilnya penulis peduli terhadap perkembangan dan situasi peternakan di Indonesia dimana selama ini pemerintah hanya cenderung berpusat di pulau Jawa. Suatu hal yang wajar bagi penulis mengingat kebutuhan pulau Jawa akan ternak sangat tinggi. Selama di Borneo saya selalu mengamati setiap tempat yang saya lewati, kebun kelapa sawit, luasnya lahan kosong, hijauan melimpah dan semua yang ada rasanya sayang tanpa dimanfaatkan secara maksimal. Mungkin semua potensi tersebut dapat maksimal apabila dilaksanakan progam pemeliharaan ternak sistem integrated farming. Saat ini pemilik kebun kelapa sawit menganggap rumput yang tumbuh dibawah pohon kelapa sawit menjadi hama dan harus di cegah pertumbuhannya dengan cara menyemprot cairan desinfektan. Padahal rumput tersebut memiliki nilai gizi yang tinggi serta bermanfaat bagi ternak, selain itu lahan yang luas bagus untuk exercise sehingga menambah kualitas karkas dan daya tahan tubuh, sedangkan hasil dari ekskresi dapat bermanfaat sebagai pupuk organik bagi tanaman sawit. Dengan melepas ternak disela pohon kelapa sawit akan menjadi salah satu model peternakan modern yang hemat dan efisien.

Tingginya tingkat kepadatan penduduk serta pembangunan infrasrtukur di pulau Jawa yang pesat membuat keberadaan lahan kosong kian menyempit dan tentunya hijauan untuk ternak juga semakin langka. Inilah yang mendorong tingginya biaya produksi serta meningkatnya harga ternak hidup maupun karkas, serta merupakan penyebab masyarakat enggan memelihara ternak dalam jumlah yang banyak. Pemanfaatan luasnya lahan di pulau Kalimantan dan pulau lainnya mungkin bisa menjadi salah satu solusi untuk menekan tingginya biaya produksi yang selama ini menjadi masalah bagi peternak, sehingga kepadatan ternak di Indonesia dapat lebih merata dan progam swasembada daging sapi yang selama ini dicanangkan dapat terwujud.

Kelapa sawit dan lada hitam di Perbatasan RI-Malaysia

Kehidupan modernisasi warga di perbatasan tidak lepas dari adanya perusahaan kelapa sawit yang terdapat di wilayah tersebut. Selain itu terdapat juga tanaman Sahang yang merupakan sebutan bagi lada hitam untuk masyarakat perbatasan di Kalbar. Perusahaan kelapa sawit milik negara tersebut masuk ke wilayah kalimantan barat pada sekitar tahun 2010, perusahaan lantas memperkerjakan warga pribumi sebagai buruh lepas yang diberi upah tidak sebanding dengan keuntungan yang mereka dapatkan. Selain itu perusahaan tersebut juga menawarkan oper kontrak lahan bagi warga pribumi dengan rincian warga memberikan ladang yang mereka miliki untuk ditanami kelapa sawit dan lagi-lagi pembagian keuntungan tidak fair, perusahaan menawarkan bagi hasil 60 berbanding 30 persen yang dibayar setiap lima tahun sekali. Menurut pengakuan salah satu warga tidak semuanya mendapatkan uang yang sesuai dengan yang ditawarkan tersebut, hal ini memunculkan kekhawatiran mengingat akan muncul istilah “menjadi budak di negeri sendiri”. Sebelum tahun 2010 hampir seluruh masyarakat Indonesia di perbatasan Kalbar menggantungkan hidupnya dengan bertani, hasil terbesar ialah lada hitam dan seluruh ladang yang mereka miliki dipenuhi tanaman lada hitam, dimana rasio benefit-cost antara bertani lada hitam jauh lebih besar dibandingkan bekerja sebagai buruh lepas di perusahaan kelapa sawit.

Model perawatan tanaman kelapa sawit di Kalbar

Model penanaman Lada hitam di Kalbar
        Penggunaan minyak sayur sebagai kebutuhan pokok masyarakat Indonesia tentunya tidak lepas dari kelapa sawit. Akan tetapi terdapat berbagai hal yang harus dipertimbangkan pada tanaman tersebut terlebih untuk kepentingan komersial yang membutuhkan tanaman yang banyak. Salah satu dampak negatif dalam penanaman kelapa sawit yaitu rusaknya ekosistem hutan yang dapat mengancam keberadaan flora, fauna, global warming, selain itu sifat tanaman kelapa yang membutuhkan banyak air membuat sumber air tanah di wilayah tersebut berkurang. Maka dari itu pemerintah hendaknya selalu melakukan evaluasi secara rutin terhadap penanaman kelapa sawit yang dilakukan dalam jumlah yang banyak agar memberikan keuntungan kepada semua lapisan masyarakat

Hamparan kebun kelapa sawit di Kalbar

Wonderful Borneo

Berawal dari perjalanan Yogyakarta-Pontianak kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten Sanggau. Kami perkirakan perjalanan dari Ibukota provinsi menuju Kabupaten tidaklah jauh seperti halnya di Jawa, namun kenyataan berbeda. Ternyata jarak tersebut adalah 60 km, kemudian dari Sanggau menuju Kecamatan Entikong (lokasi KKN) berjarak 35 km.
Potretku saat di tepi sungai Kapuas Kalimantan Barat

Dussun Serangkang terbagi menjadi Serangkang Raya dan Serangkang Induk, terletak di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Misi menjalankan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dimulai saat tim KKN-PPM UGM KTB04 2015 menginjakkan kaki sore hari 17.00 WIB di dusun tersebut, dibantu aparat TNI-AD dan POLRI dengan sarana transportasi dan keamanannya. Rumah yang tersusun berderet-deret sepanjang pinggir jalan dusun membuat warga dengan mudah melihat kedatangan kami, tatapan muka penuh penasaran, harapan, itulah yang mungkin ada di benak meraka. Sesampainya di pondokan (SMP N 4 Satu Atap Entikong) kami disambut oleh kepala sekolah beliau adalah pak Suharna yang berasal dari Kabupaten Sleman Yogyakarta, sudah 18 tahun mengabdi mengajar di SMP tersebut dan dengan senang hati memberikan fasilitas perpustakaan sekolah sebagai pondokan. Malam hari pukul 19.00-21.00 WIB kedatangan kami disambut oleh warga dengan melakukan upacara penyambutan di rumah Bentang yang dipimpin oleh kepala dusun. Rumah bentang merupakan rumah adat suku dayak di Kalimantan Barat, rumah tersebut terbuat dari kayu yang disusun seperti panggung, berbentuk persegi panjang beratap kerucut.

Potret rumah bentang khas suku Dayak, ini baru halamannya mohon bersabar untuk foto rumahnya
Dusun Serangkang terletak di pegunungan dengan sumber mata air sungai Sekayam. Sungai ini memiliki aliran air yang deras, debit air sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Warga Dusun Serangkang yang bersifat homogen dengan mayoritas suku Dayak. Suku Dayak di tempat tersebut masih memperlakukan hukum adat demi menjaga kelestarian adat istiadat dan budaya. Terdapat beberapa hukum adat yang kami temui diantaranya adalah “cempalik” dan ”pelepas”. Cempalik merupakan salah satu hukum yang berlaku di masyarakat yang diperuntukan bagi pendatang sebagai penghormatan ketika menolak hidangan makanan dan minuman yang disediakan. Cempalik dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan jari tengah ke hidangan kemudian menempelkan ke kulit tenggorokan. Sedangkan pelepas merupakan kebiasaan warga ketika berburu di hutan maupun sungai yang bertujuan untuk menghormati leluhur agar terhindar dari bahaya. Pelepas dilakukan dengan menempelkan kedua jari tersebut ke ujung lidah kemudian menempelkan ke kulit tenggorokan.
Sungai Sekayam dan penghuninya

Untuk bertahan hidup, warga Dusun Serangkang masih sangat bergantung dari keadaan alam dimulai dari berburu hingga bekerja diladang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai petani, nelayan di sungai dan buruh lepas kelapa sawit. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga sangat bergantung pada produksi pertanian seperti padi, singkong, sayuran dan sahang (lada hitam). Penghasilan paling tinggi adalah lada hitam yang dipanen setiap sembilan bulan sekali dan dijual ke Malaysia seharga 100 ribu per kg. Terdapat perusahan kelapa sawit yaitu PT. Borneo Khatulistiwa Palma dengan luas lahan 7000 hektar dengan status kepemilikan bersama oleh warga negara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Salah satu permasalahan adalah kurangnya kepedulian perusahaan terhadap para pekerja diantaranya K3, bagi hasil lahan.

Metode bercocok tanam yang mereka lakukan adalah sistem ladang berpindah. Dimana warga menanam dengan prinsip trial and error, tanaman yang tidak tumbuh akan ditinggalkan dan membuka lahan yang baru. Hal ini dapat Menjadi perhatian serius mengingat dengan pembukaan lahan terus menerus akan mengurangi luas hutan yang ada di pulau Kalimantan yang dapat mengurangi kadar oksigen di alam. Seandainya luas hutan di Indonesia berkurang dengan adanya pembukaan lahan secara terus-menerus tentunya akan menurunkan identitas negara sebagai kawasan hutan hujan tropis. Pemerintah seharusnya peduli akan peningkatan kualitas SDM, sehingga warga dapat memaksimalkan hasil pertanian tanpa terus membuka lahan baru.

Salam hangat penulis 2017